, ,

Suara Runtuh yang Diabaikan: Gedung TPA Ambruk Setelah Setahun Warga Villa Balaraja Berteriak Minta Tolong

oleh -69 Dilihat

Tebing Sungai Longsor Parah di Villa Balaraja: Gedung TPA Ambruk, Warga Hidup dalam Bayang-Bayang Bencana

Majalah Banten– Suara gemuruh itu datang tiba-tiba, diiringi derasnya hujan yang mengguyur kawasan Perumahan Villa Balaraja. Bukan petir yang menggelegar, melainkan suara ambrolnya sebagian tebing sungai dan satu unit Gedung Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang roboh bersamanya. Peristiwa yang terjadi di Blok N RT 12 RW 05, Desa Saga, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, ini bukanlah insiden mendadak, melainkan puncak gunung es dari kelalaian yang berlangsung hampir satu tahun.

“Sekitar satu tahun kami sudah melaporkan kondisi ini. Setiap hujan deras, hati kami cemas. Lihat tanah itu terkikis sedikit demi sedikit, mendekati rumah kami. Tapi, sampai sekarang, tidak ada tindakan nyata,” keluh seorang warga yang enggan disebutkan namanya, suaranya penuh kepasrahan bercampur frustasi.

Kondisi Darurat yang Diabaikan

Pantauan di lokasi memperlihatkan pemandangan yang memilukan. Satu unit bangunan TPA yang dahulu digunakan anak-anak untuk mengaji, kini tinggal puing-puing yang berserakan di tepi tebing yang curam. Struktur pondasinya tampak menggantung, tak lagi ditopang tanah yang telah habis tergerus arus sungai. Retakan-retakan tanah terlihat jelas, mengular hingga mendekati permukiman padat penduduk di sekitarnya.

Ancaman itu nyata dan semakin nyata. Hanya selisih beberapa meter dari tebing yang longsor, berdiri rumah-rumah warga yang masih aktif ditinggali. Salah satu rumah di tepi sungai bahkan dilaporkan sudah dalam kondisi terancam ambruk, menyisakan ketakutan bagi penghuninya setiap malam ketika hujan turun.

Tebing Sungai Longsor Parah Satu unit Gedung TPA Ambruk di Perumahan Villa Balaraja - SUARA INDEPENDENT

Baca Juga: Awan Duka di SMAN 1 Cimarga: Mogok Massa Menggema, Siswa Tolak Kepala Sekolah Diduga Pelaku Pemukulan

“Kami tidur tidak nyenyak. Khawatir kapan tanah di belakang rumah kami ikut amblas. Ini soal nyawa, bukan sekadar materi,” tambah warga lainnya.

Tuntutan dan Kekecewaan terhadap Pemerintah

Kelambanan respon pemerintah dalam menangani darurat ini menuai kecaman keras. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Badan Independent Anti Suap Indonesia (DPP BIAS Indonesia), Eky Amartin, secara tegas menyayangkan sikap aparat yang dinilainya abai terhadap keselamatan warga.

“Ini adalah bentuk nyata maladministrasi dan kelalaian pemerintah dalam menjalankan kewajibannya memberikan perlindungan kepada warga,” tegas Eky Amartin saat dikonfirmasi. “Seharusnya, sejak laporan pertama masuk, dilakukan langkah-langkah darurat. Pemasangan bronjong, turap sementara, atau langkah mitigasi lainnya harusnya sudah dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar.”

Eky menegaskan bahwa BIAS Indonesia tidak akan tinggal diam. Lembaganya akan segera menyurati dinas-dinas terkait, baik di tingkat Kabupaten Tangerang maupun Provinsi Banten, untuk meminta pertanggungjawaban dan penanganan segera. Selain itu, rencana kunjungan lapangan bersama tim investigasi juga sedang dipersiapkan untuk mendokumentasikan kondisi dan mendesak tindakan nyata.

“Kami akan dorong instansi terkait untuk turun ke lapangan. Tidak ada lagi waktu untuk rapat koordinasi yang bertele-tele. Yang dibutuhkan warga adalah tindakan, sebelum ada korban jiwa yang berjatuhan,” tambahnya.

Akar Masalah dan Ancaman Berkelanjutan

Longsor tebing sungai di kawasan padat penduduk seperti Villa Balaraja menyisakan pertanyaan besar tentang tata kelola lingkungan dan sistem peringatan dini bencana. Warga menuturkan, erosi terjadi secara bertahap. Air sungai yang deras saat hujan, tanpa adanya struktur penahan tebing yang memadai, terus menggerus dasar dan tubuh tebing, membuatnya semakin labil.

Faktor lain yang diduga kuat adalah berkurangnya vegetasi penahan di sepanjang bantaran sungai. Akar-akar pohon yang berfungsi sebagai “jaring alami” untuk menahan tanah, mungkin sudah tidak cukup kuat, atau sengaja ditebang, sehingga mempercepat proses erosi.

Kondisi tanah yang sudah sangat labil ini ibarat bom waktu. Jika musim hujan dengan intensitas tinggi datang, bukan tidak mungkin longsoran akan meluas dan menelan lebih banyak bangunan, bahkan korban jiwa. Kekhawatiran warga akan terulangnya insiden serupa, bahkan lebih parah, adalah hal yang sangat wajar.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.